Mahasiswa KKN UIN Walisongo dengan Anak-anak di Desa
Sebagian dari separuh warga Indonesia merasakan berbagai macam keresahan dalam segala yang disebabkan oleh adanya Covid-19. Tak terkecuali dalam bidang Pendidikan.
Yaa seperti yang dilihat dilapangan, bahwa seluruh kegiatan belajar dan mengajar dilakukan secara Daring (Dalam Jaringan).
Hampir seluruh insytansi Pendidikan mekasanakan system tersebut. Baik ditingkat TK, SD, SMP, SMA maupun Universitas. Pada mulanya hal ini sangat disambut gembira oleh para pelajar Ketika mendapatkan berita tersebut.
Namun setelah dua minggu berjalan semua itu berbalik arah menjadi keluhan yang tiada henti. Bukan pengetahuan yang didapat malah tugas yang semakin berat.
Pro kontrapun mulai memenuhi jaringan media social di dunia nyata maupun maya. Titiki fokusnya dalam bidang teknologi.
Tujuan Nadiem Makarim selaku Mentri Pendidikan Republik Indonesia memanglah sangat baik, yaitu menjadikan para pelajar lebih melek akan teknologi. Namun kondisi lapanganya jauh tidak lebih baik dari harapanya.
Jika pelajar metropolitan yang dalam keseharianya sudah bersahabat dengan gadget lebih mudah mengakses internet untuk melaksanakan KBM secara Online.
Berbeda dengan para pelajar yang hidup dipedesaan, selain gadget yang belum bersahabat dengan tangan mereka pun dengan kuota yang harus selalu ada untuk mengakses internet membuat beberapa keluarga yang berpendapatan menengah kebawah menjadikan nya memutar otak berkali – kali untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Ada beberapa orang tua yang harus membelikan anaknya smart phone supaya anaknya masih dapat sekolah.
Baca juga:- Azolla – Si Kecil Yang Memiliki Manfaat Besar Untuk Ikan
- Pentingnya Menjaga Kebersihan Pantai
- Pengelolaan Bank Sampah Di Desa Dukuhtere Menjadi Berkah
Bagi pelajar yang sudah memiliki gadget sebelum masa pandemi menjadikan ini sebuah ajang untuk memuaskanya pada games online.
Orang tua mulai resah dengan keadaan ini, yang semula mereka pagi berangkat sekolah dan memiliki aktifitas menjadi pagi membuka hp sampai malam. Padahal pada kenyataanya, 10% mereka belajar online dan 90% mereka bermain gadget.
Akan tetapi mereka dapat mengatakan dengan mudah bahwa mereka sedang mengikuti kelas online atau sedang mengerjakan tugas. Alih – alih mereka mampu memanipulasi keadaan dengan meanfatkan keadaan juga.
Hal ini tidak hanya terjadi dalam satu atau dua orang pelalajar atau bahkan mahasiswa. Semua berasal dari kejenuhan yang semakin hari semakin meningkat. Ditambah beban tugas yang tidak seimbang dengan beban pengetahuan.
Menjadikan mereka mencari kesenangan dari pada memikirkan kejenuhan yang mereka pun tidak tahu kapan akan berakhirnya.
Untuk itu dari semua pihak, baik orang tua, guru, pelajar ataupun mahasiswa untuk bisa memahami keadaan dan tidak terlalu menekan dan memaksakan apalagi menyalahkan satu pihak.
Karena dari pandemic ini kita juga harus belajar bahwa kepedulian dari satu pihak tidaklah cukup, alangkah lebih baiknya dari seluruh pihak memiliki rasa peduli sesuai bidangnya masing – masing.
Penulis : Nada Fitri Hawa