Abstrack
Plastic waste every day is increasing along with the increasing number of products and consumption patterns of the millennial generation. What must be done to overcome the increase in the volume of plastic waste is by reducing the volume of plastic waste from its source by empowering the millennial generation. The problem regarding plastic waste management is what forms of regulation are related to plastic waste management in Dukuh Tere, Bojong, Tegal , what is the role of the millennial generation in managing plastic waste and the level of role of the millennial generation in Dukuh Tere, Bojong, Tegal to: (1) describe the role of the millennial generation in Dukuh Tere, Bojong, Tegal (2) to describe the level of the role of the millennial generation in Dukuh Tere, Bojong, the data includes interviews, observation, and documentation, while the data analysis uses descriptive qualitative techniques. Based on the results of the research, one form of the participation of the millennial generation in efforts to improve the environment is by providing contributions of labor in the form of voluntary work and participating in plastic waste management. In addition, they also have simple ways to reduce waste around their neighborhood, they also hold meetings with village communities that are held once a month, which is attended by the local village government, the mothers of PKK Millennials generation do these activities without feeling forced at all. The level of participation of the millennial generation that occurs in Dukuh Tere is according to the medium category, the millennial generation plays a role in the management of plastic waste but its implementation is still not optimal.
Keywords: Pengelolaan sampah plastik, generasi millennial.
Limbah sampah plastik setiap hari semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah produk dan pola konsumsi generasi milenial. Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi peningkatan volume sampah plastik tersebut adalah dengan cara mengurangi volume sampah plastik dari sumbernya melalui pemberdayaan generasi milenial.
Permasalahan mengenai pengelolaan sampah plastik adalah apa saja bentuk regulasi yang terkait dengan pengelolaan sampah plastik di Dukuh Tere, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal bagaimana bentuk peran serta generasi milenial dalam pengelolaan sampah plastik dan tingkat peran generasi milenial di Dukuh Tere, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal bertujuan untuk:
- Mendeskripsikan bentuk peran generasi milenial di Dukuh Tere, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.
- Mendeskripsikan tingkat peran generasi milenial di Dukuh Tere Kecamatan Bojong data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, salah satu bentuk peran serta generasi milenial dalam upaya perbaikan lingkungan yaitu dengan memberikan sumbangan tenaga berupa kerja bakti dan ikut serta dalam pengelolaan sampah plastik.
Selain itu, mereka juga memiliki cara-cara sederhana untuk mengurangi sampah di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, mereka juga mengadakan pertemuan dengan masyarakat desa yang dilakukan satu kali dalam sebulan, yang dihadiri oleh pemerintah desa setempat, pemuda-pemudi yang tergabung dalam organisasi karang taruna Dukuh Tere. Generasi milenial melakukan kegiatan tersebut tanpa merasa terpaksa sama sekali.
Tingkat peran serta generasi milenial yang terjadi di Dukuh Tere menurut kategori sedang, generasi milenial ikut berperan dalam pengelolaan sampah plastik akan tetapi pelaksanaanya masih belum maksimal.
Sumber sampah terbanyak adalah berasal dari pemukiman warga, komposisinya berupa 70% berasal dari sampah organik dan 30% berasal dari sampah anroganik, sampah organik biasanya telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kompos,dab biogas, sedangkan sampah anaroganik masih jarang untuk dikelola. Sampah anaroganik ini sendiri sangat sulit dideregasi sama sekali.
PENDAHULUAN
Sampah adalah sesuatu hal kecil tetapi jika diremehkan dan tidak di kelola dengan baik akan menjadi suatu bencana besar. Permasalahan sampah yang hingga saat ini merupakan masalah yang menjadi perhatian khusus pemerintah tetapi selalu menjadi hal yang kerap kali di remehkan oleh masyarakat pada umumnya.
Maka diperlukan adanya pengelolaan dan pemanfaatan oleh masyarakat secara optimal, dan di perlukan adanya penggalakan dari pemerintah kepada masyarakat supaya tidak menganggap remeh masalah ini.
Penggalakan ini dapat dimulai dari lingkup kecil terlebih dahulu yakni dari rumah ke rumah sampai kepada lingkup yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat.
Sampah ini akan terus diproduksi dan tidak akan pernah berhenti jika selama ini manusia tetap ada. Dapat dibuktikan jika jumlah selama ini yang dihasilkan oleh masyarakat akan semakin meningkat.
Sampah sediri merupakan salah satu dari bentuk konsekuensi dari adanya bebrapa aktifitas masyarakat dan volume sampah akan berbanding lurus dengan adanya jumlah penduduk atau jumlah pemukim. Apabila sampah ini tidak ditangani secara efektif maka samapah akan berbalik menghancurkan kehidupan sekitarnya.
Alam ini memiliki keandilan yang sangat besar dalam pengolaan sampah secara otomatis terutama terdapat pada sampah organik.
Bank sampah sendiri merupakan sebuah kreasi inovatif yang dilakukan oleh masyarakat yang mengandung nilai ekonomi yang terkandung dalam sampah dan secara langsung dapat mengurangi sampah yang dibuang. Sampah ini akan menjadi masalah besar jika tidak ditangani dengan baik.
Seperti yang tertera dalam UU No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan diperlukan perubahan berupa cara pandang masyarakat mengenai sampah dan cara memperlakukan atau mengelola sampah dalam rangka melaksanakan peraturan ini pemrintah No 18. Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, maka praktek pengelolaan dan pemanfatan sampah sampah harus menjadi langkah nyata dalam pengelolaan sampah.
Seperti yang dijelaskan oleh ibu Hj.Bariroh dalam rangka mengurangi sampah yang akhir-akhir ini menjadi ancaman setiap desa maupun kota khususnya di Desa Dukuhtere Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal ini, perlu dilakukan sebanyak-banyaknya aliansi sampah dengan masyarakat. Program ini dalam skala kelurahan, Rukun Warga (RW), Rukun Tetanga (RT).
Salah satunya di Kota Tegal sendiri yaitu di Dukuhtere Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal ini warga masyarakatnya telah memiliki Bank Sampah Nurul Hikmah dan setiap warga masyarakat sekitar berperan aktif baik sebagai “Nasabah” maupun pengelolaanya. Dalam hal ini Bank Sampah sendiri mempunyai sebuah arti suatu sistem pengelolaan sampah secara kolektif yang mendorong mayarakat untuk berperan aktif. Pelaksanaan bank sampah di Dukuhtere sendiri ini memiliki gerakan 3R Yaitu gerakan reduce, reuse dan recyle.
PEMBAHASAN
Limbah sampah plastik setiap hari semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah produk dan pola konsumsi generasi milenial. Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi peningkatan volume sampah plastik tersebut adalah dengan cara mengurangi volume sampah plastik dari sumbernya melalui pemberdayaan generasi milenial.
Pada program edukasi bank sampah di Desa Dukuhtere Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal dibuka sejak tahun 2014 sampai sekarang ini diadakanya bank sampah secara aktif ini disebarluaskan melalui kegiatan warga masyarakat yang cukup aktif.
Seperti pertemuan mingguan, bulanan, jamiyahan, ibu-ibu PKK dan aktivitas remaja lainnya, program-program yang dirancang selama ini masih bersifat normatif belum menyentuh tentang pemanfaatan sampah itu sendiri.
Bank Sampah Nurul Hikmah dikelola oleh Ibu-ibu Muslimat NU Dukuh Tere Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal. Jumlah nasabah kurang lebih 200 itupun hanya warga sekitar Dukuhtere. Sudah tersedia TPS tetapi belum mulai di operasikan di karenakan pandemic saat ini.
Komitmen dari Bank Sampah ini murni sebagai pengabdian kepada lingkungan masyarakat dan sebagai bentuk ibadah dengan cara menjaga alam.
Komitmen yang kuat juga di dorong dengan action yang aktif, sebagai penggerak Ibu Hj. Bariroh begitu antusias mengajak warga dan masyarakatnya supaya lebih bisa meminimalisir jumlah sampah dan mengelolanya dengan baik menjadi sesuatu yang lebih berguna.
Tetapi yang sangat di sayangkan adalah minimnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah, pandangan terhadap sampah hanya sebatas barang yang sudah tidak lagi berguna dan harus dibuang.
Tak perlu menunggu berbulan bulan agar sampah menjadi pupuk.cukup dengan budidaya ulat maggot per 10 gram mampu menyelesaikan 200-300 kg sampah kurang dari satu bulan. Ditengah harga rongsok yang sedang turun tajam,kegiatan sedekah sampah peduli covid-19 yang diprakarsai oleh PAC Muslimat NU-Fatayat NU Kec.Bojong bisa terkumpul sebanyak 7.607 kg dan mendapatkan uang sebanyak Rp10.101.400
Baca juga:- Pengajian Online Menjadi Tren Pasca Covid-19
- Satu Agama Ataukah? Tetap Bhinneka Tunggal Ika
- Hikmah Dibalik Adanya Sebuah Musibah
Upaya mengurai sampah organik mulai ada solusi lewat budidaya ulat magot.dari 10 gram telor, lewat pembesaran selama sekitar 25 hari mampu mengurai sampah organik kisaran 200 kg sampah. Nilai manfaat yang didapat adalah berkurangnya sampah yang dibuang di TPS, ulat maggot bisa dijual Rp 5000/kg, dan terakhir mampu menghasilkan pupuk organik dari bekas kotoran maggot.
Dalam pelaksanaannya, tentu ada siklus tersendiri mulai dari cara pengelolaan yang benar, cara pengumpulan sampah dari rumah ke rumah (door to door),dan memanage mood masyarakat untuk tetap selalu berpatisipasi dalam mengelola sampah rumah dan lingkungan. Salah satu cara yang paling simple menyadarkan warga dan masyarakat yakni dengan pengenalan Zero Waste.
Zero waste merupakan gaya hidup yang mendorong untuk mengurangi dan sebisa mungkin menghindari single use plastik atau pemakaian barang sekali pakai dari bahan yang sulit terurai oleh alam.
Zero waste secara signifikan dapat mengurangi kebiasaan konsumtif plastik dan berinvestasi di masyarakat demi masa depan bumi dan anak cucu kita. Karena Indonesia sendiri masih membutuhkan solusi untuk dapat mendaur ulang sampah yang dari hari ke hari kian meroket jumlahnya.
Produksi sampah di Indonesia dari tahun ke tahun bukannya menurun, justru naik secara signifikan. Laporan Ibu Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, bahwa produksi sampah nasional Indonesia pada tahun 2019 mencapai sekitar 183.000 ton per hari atau sekitar 66 juta ton pertahun, padahal tahun sebelumnya jumlah sampah hanya 64 juta ton.
Hal ini membuktikan adanya kenaikan jumlah sampah yang signifikan. Sampah-sampah itu terdiri dari 60% sampah organik dan 15% sampah plastik. Namun dari studi KLHK menyatakan bahwa hanya 7% sampah yang dapat di daur ulang dan 69% lainnya hanya ditimbun di TPA.
Sampah-sampah itu berasal dari sampah rumah tangga dan kegiatan usaha. Sampah yang berakhir di TPA hanya sekitar 40-60% saja, sisanya terbuang sembarangan. Data dari The World Bank tahun 2018, 87 kota di pesisir pantai Indonesia menyumbang sekitar 1,27 juta ton sampah ke laut, sampah itu terdiri dari 9 juta ton sampah plastik dan 3,2 juta ton sedotan plastik. Dari data tersebut Indonesia menempati negara ke-2 setelah China yang memiliki jumlah pencemaran ke laut tertinggi di dunia.
Mungkin banyak yang miskonsepsi dengan zerowaste, disini memang berarti nol sampah atau bebas sampah, namun bukan berarti mengkriminalkan plastik dan tidak boleh menghasilkan sampah sama sekali, akan tetapi dapat lebih bijak dalam penggunaan plastik dan juga lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Jika kita bisa tidak menghasilkan sampah kantong plastik dengan menggunakan totebag mengapa tidak kita terapkan?
Terdapat miskonsepsi juga yang menganggap zerowaste itu mahal. Sebenarnya manfaat dari zerowaste sendiri adalah selain meminimalkan sampah, juga menjadi hemat dan sehat. Mungkin terkesan di awal mulai gaya hidup zerowaste harus membeli ini itu, tapi sebenarnya hanya diawal saja, selanjutnya kita tidak perlu membeli lagi. Contohnya seperti sedotan tadi, mungkin terlihat mahal untuk satu sedotan saja bisa 15-20 ribu atau ada yang lebih mahal lagi, namun itu hanya dibeli 1 kali saja, berbeda dengan sedotan plastik sekali pakai, memang murah namun terus berulang.
Zerowaste sendiri bukan merupakan tujuan, namun proses yang tidak instan dan juga mesti dilakukan secara perlahan dengan keinginan untuk mengubah kebiasaan itu secara konsisten. Bea Johnson dari zerowaste home mempopulerkan gerakan 5R untuk menciptakan sedikit limbah dan bijak dalam penggunaan sumber daya alam. Gerakan 5R tersebut adalah :
- Refuse atau menolak single use plastic atau pemakaian kantong plastik yang tidak perlu.
- Reduce atau mengurangi produk yang menghasilkan banyak sampah, dapat menggunakan produk isi ulang.
- Reuse atau menggunakan kembali, berulang-ulang.
- Recycle atau mendaur ulang.
- Rot atau membusukkan bahan bahan organik menjadi pupuk.
Dari gerakan 5R diatas yang paling utama adalah refuse,reduce dan reuse jika dari ketiga itu tidak memungkinkan barulah menggunkan recycle. Jangan karena gerakan 5R diatas ada recycle maka dapat menggunakan produk-produk yang menghasilkan sampah yang sebenarnya bisa kita kurangi dengan berpikir “Kan bisa di recycle”, contoh kecilnya seperti penggunaan air minum dalam kemasan botol sekali pakai. Karena hal itu bisa diganti dengan menggunakan tumbler atau sejenisnya.
Untuk memulai gaya hidup zerowaste tidak harus membeli semuanya diawal, itu bisa dilakukan seiring dengan berjalannya waktu. Langkah sederhananya adalah mulailah dengan menggunakan apa yang tersedia dirumah dulu, memanfaatkan barang yang tidak terpakai, misalnya kita tidak memiliki totebag namun mempunya kaos bekas, itu bisa dimanfaatkan untuk menjadi totebag, sudah banyak sekali tutorialnya, kemudian membeli makanan secukupnya, think before you buy it, memulai memisahkan sampah organik dan anorganik.
Itu semua adalah langkah awal yang mudah untuk memulai gaya hidup zerowaste. Selanjutnya yang bisa dilakukan adalah perbanyak literasi, mengupdate informasi terkait lingkungan dan lainnya yang dapat mendukung gaya hidup zerowaste.
Bank Sampah Nurul Hikmah juga seringkali mendapat kunjungan dari berbagai pihak dan kalangan berbagai penjuru kota, mulai dari Universitas, Majlis Jamiyyah, Ibu-Ibu PKK, sampai dengan sekolah-sekolah untuk study banding atau sekedar kunjungan tour untuk belajar bersama seputar pengelolaan sampah.
KESIMPULAN
Permasalahan sampah yang hingga saat ini merupakan masalah yang menjadi perhatian khusus pemerintah tetapi selalu menjadi hal yang kerap kali di remehkan oleh masyarakat pada umumnya. Maka diperlukan adanya pengelolaan dan pemanfaatan oleh masyarakat secara optimal, dan di perlukan adanya penggalakan dari pemerintah kepada masyarakat supaya tidak menganggap remeh masalah ini.
Penggalakan ini dapat dimulai dari lingkup kecil terlebih dahulu yakni dari rumah ke rumah sampai kepada lingkup yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat.Sampah ini akan terus diproduksi dan tidak akan pernah berhenti jika selama ini manusia tetap ada.
Dapat dibuktikan jika jumlah selama ini yang dihasilkan oleh masyarakat akan semakin meningkat. Sampah sediri merupakan salah satu dari bentuk konsekuensi dari adanya bebrapa aktifitas masyarakat dan volume sampah akan berbanding lurus dengan adanya jumlah penduduk atau jumlah pemukim.
Apabila sampah ini tidak ditangani secara efektif maka samapah akan berbalik menghancurkan kehidupan sekitarnya. Alam ini memiliki keandilan yang sangat besar dalam pengolaan sampah secara otomatis terutama terdapat pada sampah organik.
Pengabdian masyarakat ini murni di lakukan sebagai bentuk ibadah tidak mengharapkan keuntungan pribadi bahkan atau bahkan beberapa pihak tertentu.
Komitmen dari Bank Sampah ini murni sebagai pengabdian kepada lingkungan masyarakat dan sebagai bentuk ibadah dengan cara menjaga alam. Komitmen yang kuat juga di dorong dengan action yang aktif, sebagai penggerak Ibu Hj. Bariroh begitu antusias mengajak warga dan masyarakatnya supaya lebih bisa meminimalisir Jumlah sampah dan mengelolanya dengan baik menjadi sesuatu yang lebih berguna.
Melalui Bank Sampah ini lah wadah awal untuk masyarakat supaya dapat mengoptimalkan sampah rumah maupun lingkungan. Dengan adanya wadah untuk pengumpulan dan pengolahan dapat menjadikan lingkungan kita lebih bersih, terawatt dan jauh dari sumber-sumber penyakit.
Pengurus Bank Sampah Nurul Hikmah. Ibu Hj. Bariroh mengungkapkan bahwa tergeraknya pengoperasian bank sampah dapat berjalan secara optimal pun karena adanya respon yang baik dari para nasabah. Kendalanya hanya satu yakni terletak pada kesadaran beberapa individu yang memang agak sulit di koordinir.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.facebook.com/BankSampahENHA
https://m.ayosemarang.com/read/2020/11/13/67007/belajar-kelola-sampah-di-bank-sampah-nurul-hikmah-tegal
https://sigijateng.id/2020/belajar-kelola-sampah-mahasiswa-uin-kunjungi-bank-sampah-nurul-hikmah-tegal/