Covid-19 atau Virus Corona, salah satu virus kecil yang mematikan bagi manusia. Virus yang berasal dari Negeri Cina ini telah menggemparkan para penduduk bumi. Kenapa?
Karena virus ini bisa melahap manusia, jika sistem imun manusia itu sendiri lemah.
Maka dari itu mau tidak mau manusia akan dilahap oleh makhluk yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang ini.
Awalnya virus ini hanya berada di Negeri Tirai Bambu. Namun perlahan tapi pasti, satu persatu dari mereka melakukan “world tour”.
Anak cucu dari Covid-19 ini melakukan “world tour” hingga 90 negara lebih dimuka bumi. Angka yang tidak sedikit.
Laporan-laporan kematian karena anak cucu Covid-19 kian hari kian bertambah dari berbagai negara, seakan-akan menjadi momok bagi masyarakat dunia.
Menakut-nakuti mereka untuk lari dan menghindar hingga menekantarkan sesama yang menjadikan minimnya kemanusian.
Sejalan beriringan dengan ketakutan masyarakat, informasipun mencapai tujuannya.
Informasi-informasi yang membicarakan Covid-19 terus tersebar luas tanpa adanya penyaring yang jelas dana ditelan mentah-mentah oleh masyarakat awam.
Tak terkecuali dengan bangsa Indonesia, negeri yang kita cintai ini. Masyarakat kita masih banyak yang menelan informasi yang mereka dapat tanpa adanya pilah-pilih yang berakibat pada salahnya presepsi dari sudut pandang mereka.
Baca juga:- Peran Pemuda Di Era Milenial – Mahasiswa KKN UIN Walisongo
- Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Waste Art
- Not Piano Kekeyi Bukan Boneka Terbaru
Simpang siur informasi yang ada mereka dapat dari akun media sosial yang mereka punya semakin membuat mereka ketakutan sendiri, tanpa berfikir dua kali apakah informasi yang mereka dapat itu benar atau hanya sekedar bualan semata.
Jika ditanya apakah informasi yang mereka dapat itu benar? Apakah mereka benar-benar menyaring informasi yang mereka dapat? Sudah dapat ditebak jawabannya adalah iya.
Tentu saja mereka akan menjawab seperti itu karena mereka telah merasa bahwa yang mereka baca dan yang mereka terima adalah sesuatu yang benar.
Hingga lapisan masyarakat terkecilpun jika ditanya dengan pertanyaan yang sama, kemungkinan besar mereka juga akan menjawab dengan hal yang sama.
Setelah menyadari keadaan seperti itu, kemudian timbul pertanyaan lain. Kenapa tidak ada yang memberi pengertian terhadap mereka? Kenapa tidak ada yang mengingatkan satu sama lain?
Pengertian sudah banyak diberikan pada masyarakat, namun memang beberapa masyarakat akan sulit untuk menerima. Dan bila diingatkan, mereka akan marah. Beberapa bertindak seperti itu dan juga tidak semua berlaku demikian.
Lalu pencegahan apa yang dapat dilakukan? hal yang paling sederhana adalah mencari tahu siapa yang memberikan informasi tersebut.
Apakah dari pihak yang benar-benar terpercaya atau malah dari sesama manusia awam. Dengan begitu kita sudah berusaha untuk meminimalisir penyebaraan informasi yng belum tentu asal-muasal dan kebenaranya.
Dok. Hani Pramono